
SANDINEWS.ID, Jakarta – Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah pulau terbesar di dunia yang letaknya berada di simpangan samudra Indonesia dan Pasifik menjadikan posisi negara ini sebagai Sentral maritim dunia.

Letak geografis Sulawesi Tenggara yang menurunkan jalur perdagangan internasional dan berbatasan lansung dengan perairan internasional tentu memiliki kompleksitas pengelolaan pertahanan wilayahnya sendiri.
Ketiadaan sentral komando regional di wilayah Sulawesi Tenggara menciptakan kekhawatiran pada efektifitas penanganan ancaman keamanan wilayah Indonesia bagian tengah tersebut.
“Ekspansi pasukan elit baret merah di Sulawesi Tenggara menandakan bahwa pemerintah mampu menjawab tuntutan perkembangan dunia tentang pentingnya keamanan dan pertahanan negara,” Kata Mahasiswa Jakarta La Ode Muh. Didin Alkindi, dalam keterangan persnya. (19/10).
Menurutnya, Markas Kopasus di Indonesia sebelum hanya berpusat di pulau Jawa yakni Grup satu Kopasus di Banten, Grup dua Sukaharjo (Jawa Tengah) dan grup tiga di Riau.
Jika terjadi ancaman di wilayah Papua, Kalimantan atau Sulawesi maka tentu membutuhkan biaya yang cukup besar dan waktu yang lama karna jaraknya yang sangat jauh.
Sehingga dengan adanya penambahan grup Baret Merah di tiga pulau besar di Indonesia antara lain grup 4 di Panejam (IKN), Grup 5 Kendari (Sultra) dan grup 6 di Timika (Papua Tengah) pada sisi kelemahan diatas bisa teratasi.
Pembentukan Komando
Daerah Militer (Kodam) dan Markas Komando (Mako) Grup 5 Kopassus di Sulawesi Tenggara adalah bagian dari upaya menjaga kedaulatan negara di seluruh wilayah dari ancaman yang memang mengharuskan Baret merah turun.
Selain itu, Pengamat muda asal Sulawesi Tenggara yang kini aktif di Jakarta, Didin Alkindi juga menyampaikan dukungannya terhadap rencana pembentukan Komando Daerah Militer (Kodam) di Sulawesi Tenggara.
Langkah tersebut tidak hanya penting dalam konteks pertahanan dan keamanan nasional, tetapi juga menjadi bagian dari strategi geopolitik Indonesia Timur.
“Pembentukan Kodam Sultra bukan sekadar urusan militer atau keamanan. Ini adalah kebutuhan strategis bangsa yang berhubungan dengan geopolitik, ekonomi, dan eksistensi wilayah perbatasan,” ujar Mahasiswa Politik Unas.
Lebih jauh, Didin juga melihat aspek Sulawesi Tenggara menjadi wilayah penyangga dengan sumber daya alam melimpah namun belum diperkuat dari sisi keamanan strategis.
“Negara tidak boleh melihat pembentukan Kodam ini hanya dari sisi anggaran, tapi harus dari perspektif geopolitik nasional. Sultra adalah simpul energi dan jalur konektivitas strategis antara industri nikel dan jalur pelayaran nasional,” tambahnya.
Pembentukan Kodam Sultra juga dapat memperkuat kehadiran negara di tengah masyarakat, serta memberikan efek domino bagi stabilitas ekonomi dan pembangunan daerah.
Laporan : Aji Buton
Tinggalkan Balasan